Minggu, 20 Desember 2015

Purbalingga, 20 Desember 2015
Setelah rasa 29 sep 2015, kini rasa itu muncul kembali masih ditahun yang sama 2015, rasa kesal, capek, lelah, kecewa, terharu, greget, tertawa lepas, dengan ending yang kurang memuaskan. tapi itu semua slalu ku kenang dengan sedikit melebarkan bibis manis ini setiap kali mengingat kenangan itu.
terima kasih teman.
kalian menajarkan ku apa artinya KENYAMANAN :* :* :D

Kamis, 17 Desember 2015

Pengembangan Sumber Belajar Kel. 10

kelopok 10
Anjar Firman Setiawan           1223301097
Melly Kumala P. Winarno      1323308032
Muhammad Yusuf  E.             1223301112
Nisa Falahia                            1223301121

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/PERADABAN ISLAM 
PADA MASA BANI UMAYYAH







Selama kurang lebih 90 tahun berkuasa, pemerinta Dinasti Umayyah terus berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban. Karena orientasi pemerintah ini pada usaha mengembangkan dan perluasan wilayah kekuasaan islam, maka langkah pertama yang dikembangkan adalah ilmu yang dibutuhkan dalam pengembangan pemerintahan, diantaranya adalah ilmu administrasi pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah dinasti Bani Umayyah telah berhasil menciptakan sistem ketatanegaraan berupa lembaga politik (Nizam as-Siyasi) seperti jabatan khilafah, wizaroh, kitabah dan hijabah. Kelembagaan ini memiliki tugas dan wewenang masing-masing, sehingga sistem pemerintahan berjalan dengan baik.
Tidak hanya itu, perkembangan dan kemajuan juga terjadi dalam bidang ilmu pengetahuan bahasa dan sastra arab, serta seni arsitektur bangunan.
Pada masa Dinasti Umayyah, Islam mencapai wilayah yang paling luas dalam sejarahnya serta mengalami pasang surut. Selain itu, Islam terpecah menjadi tiga golongan besar. Golongan tersebut adalah :
1.         Golongan Pendukung Dinasti Umayyah
Golongan ini terdiri dari penduduk Syam (Suriah), Mesir dan daerah-daerah sekitarnya. Mereka berpendapat bahwa Khalifah harus berasal dari orang Quraisy dan keturunan Dinasti Umayyah lebih berhak untuk itu.
2.         Golongan Pendukung Ali bin Abi Tholib
Golongan ini terdiri dari penduduk irak serta sejumlah kecil penduduk Mesir. Mereka berpendapat bahwa Khalifah harus berasal dari orang Quraisy dan Ali bin Abi Thalib serta keturunannya lebih berhak itu.
3.         Golongan Khawarij
Golongan ini adalah golongan yang menentang Ali bi Abi Thalib dan Mu’awiyah secara terang-terangan. Golongan ini berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah telah keluar dari jalur Islam setelah peristiwa tahkim. Golongan Khawarij berpendapat bahwa Khalifah adalah hak tiap orang Islam asalkan memenuhi syarat kecakapan dan keagamaan.
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, dibentuk lima lembaga pemerintahan yaitu :
1)        Lembaga Politik (an-Nizam as-Siyasi)
2)        Lembaga Keuangan (an-Nizam al-Mali)
3)        Lembaga Tata Usaha (an-Nizam al-Idari)
4)        Lembaga Kehakiman (an-Nizam al-Qada’i)
5)        Lembaga Ketentaraan (an-Nizam al-Harbi)
Selain itu dibentuk pula Dewan Sekretaris Negara (Diwanul Kitabah) yang terdiri dari lima orang sekretaris, yaitu:
1)        Sekretaris Persuratan (Katib ar-Rasail)
2)        Sekretaris Keuangan (Katib al Kharraj)
3)        Sekretaris Tentara (Katib al Jund)
4)        Sekretaris Kepolisian (Katib al Syurtah)
5)        Sekretaris Kehakiman (Katib al Qadi)
Untuk mengurusi keselamatan Khalifah, dibentuklah al-Hijabah atau ajudan. Semua orang yang akan menghadap Khalifah harus meminta ijin kepada al-Hijabah. Para Khalifah Dinasti Umayyah menganut politik eksparisionis, yaitu kebijakan untuk memperluas wilayah kekuasaan.
Dengan konsolidasi yang cukup kuat, para kholifah Dinasti Umayyah mampu mengatasi segala gangguan keamanan dari golongan yang menentangnya. Gangguan itu adalah pemberintakan Husein bin Ali, pemberontakan Mukhtar dan pemberontakan Abdullah bin Zubair.
Keberhasilan mengatasi gangguan-gangguan tersebut membuka jalan bagi para Khalifah Dinasti Umayyah untuk memperluas wilayah. Sampai pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah sudah meliputi Afrika Utara, Spanyol, Suriah, Palestina, Jazirah Arab, Irak, Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan. Wilayah itu merupakan kekuasaan Islam terluas dalam sejarah Islam.
Perbaikan sistem politik negara pada masa Dinasti Umayyah dilakukan dengan pembentukan lembaga-lembaga pemerintahan. Hal itu banyak membawa pengaruh positif bagi kehidupan masyarakat, terutama dengan dibentuknya lembaga keuangan negara. Tugas lembaga tersebut antara lain :
1)        Mengatur gaji tentara dan pegawai negara
2)        Mengatur biaya tata usaha negara
3)        Mengatur biaya pembangunan sarana pertanian, seperti penggalian terusan dan perbaikan sarana irigasi
4)        Mengatur biaya untuk orang-orang hukuman dan tawanan perang
5)        Mengatur biaya perlengkapan perang
6)        Mengatur hadiah-hadiah untuk ulama dan sastrawan negara
Dengan adanya lembaga keuangan tersebut pemerintah mampu membangun panti untuk orang jompo dan anak yatim. Selain itu, dibangun sarana-sarana umum, seperti masjid, jalan dan saluran air.
Di bidang hukum, warga negara mendapat hak perlindungan hukum dari pemerintah. Hal ini dilaksanakan oleh lembagakehakiman negara (an-Nizam al Qada’i) lembaga ini dipimpin oleh seorang hakim yang bertugas memutuskan suatu perkara dengan ijtihad berdasarkan al-Qur’an dan hadits. Adanya perlindungan hukum ini memberikan pengaruh terhadap perkembangan dibidang-bidang yang lain, seperti bahasa, seni dan budaya.
Di bidang sastra lahir para penyair hebat seperti al Farazdaq, al Akhtal, Qatharibin al Fuja’ah dan Kasit bin Zaid. Bidang seni arsitektur ditandai dibangunnya masjid-masjid seperti masjid Agung Damaskus yang dibangun pemerintahan Al Walid bin Abdul Malik, masjid Kairawan di Tunis  dibangun oleh Uqba bin Nafi, Kubah As-Shakra yang dikenal dengan Dome of the Rock atau kubah Batu yang dibangun oleh Abdul Malik bin Marwan.
Di bidang ilmu pengetahuan berkembang ilmu bahasa, ilmu qiraat, hadits, tafsir, toelogi tarikh, juga lahirnya seorang ahli ilmu nahwu Sibawaihi.

Referensi : LKS Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VII semester genap